BANDA ACEH - Meski berstatus daerah syariat Islam, Aceh tetap terbuka bagi warganya yang merayakan Imlek.
Hal ini setidaknya terlihat di Peunayong, Kota Banda Aceh, tempat ragam etnis dan umat beragama hidup rukun saling menghormati.
Sebagai kampung pecinan, Peunayong ikut bersolek menyambut Imlek
tahun Kambing. Kemeriahan ini setidaknya terlihat di Gang Pasar Sayur
yang mulai memerah dengan puluhan lampion yang tergantung rapi di
langit-langit sepanjang gang itu.
Pada dinding pasar tertempel spanduk-spanduk ucapan selamat Imlek
dalam bahasa Indonesia maupun Tiongkok. Sementara di muka gang berdiri
sebuah gapura berwarna merah dengan ciri khas Tiongkok bertulis
"Peunayong Gampong Keberagaman Kota Banda Aceh."
Di sepanjang gang berjejer lapak pedagang sayur, aneka kebutuhan dapur dan juga meja serta toko penjual pernak pernik Imlek.
Para pribumi, warga turunan Tionghoa dan dari etnis lain berbagi lapak, mengais rezeki tanpa berselisih. Sesekali mereka terlihat bercanda satu sama lain, penuh rasa persaudaraan, disela bertransaksi melayani pembeli.
Warga berbelanja terus lalu lalang di gang. Bukan saja ibu rumah tangga atau perempuan-perempuan yang mengenakan jilbab, pria bercelana selutut dan perempuan tanpa memakai jilbab juga berbaur rukun di sana.
"Kalau pagi lebih banyak lagi orang," kata Asun (50) seorang warga turunan Thionghoa yang berjualan Mie Tiaw di Gang Pasar Sayur Penayong saat berbincang dengan Okezone, Selasa 17 Februari 2015.
Diantara sayup-sayup alunan musik Tiongkok yang diputarnya, Asun menceritakan, sudah dua pekan gang tempatnya mencari rezeki itu berhias lampion. "Kan mau imlek ini," tutur perempuan itu.
Asun sudah sudah menyiapkan berbagai keperluan menyambut Imlek. Mulai besok ia akan libur berjualan sementara untuk merayakan tahun baru dan beribadah di Vihara yang ada di Peunayong.
Selanjutnya ia mengaku akan bertandang ke Medan, Sumateta Utara, merayakan Imlek bersama anak-anaknya yang ada di kota itu. "Ini (mie tiaw) sudah saya siapkan untuk bawa ke sana," sebutnya.
Imlek ikut membawa berkah bagi pedagang di gang itu, setidaknya dirasakan Nyonya Simbolan. Jelang Imlek ia ikut menjajakan aneka bunga seperti tekwan, aster, dan sedap malam, diantara sayur mayur.
Menurutnya bunga itu dijual antara Rp10 ribu hingga 20 ribu per tangkai dan laku keras. "Satu hari bisa habis satu bal. Ini bunga dipakai untuk mereka sembayang," ujarnya.
Warga turunan di Thionghoa di Banda Aceh jauh hari sudah menyiapkan berbagai kebutuhan perayaan Imlek. Mulai dari gotong royong di Vihara, hingga pemantapan atraksi barongsai dan liong.
Akhir pekan lalu, sekelompok penari barongsai dan liong menggelar aksi kolaborasi dengan tarian Aceh Ranup Lampuan dan Tari Kipas di halaman Sekolah Metodhis Banda Aceh. Aksi ini menyedot perhatian warga.
Ketua Yayasan HAKKA Aceh, Kho Khie Siong alias Aky mengatakan, prosesi perayaan Tahun Baru Imlek nantinya seluruhnya di pusatkan di Vihara. "Selain sembahyang nanti, kita akan ada atraksi barongsai untuk menghibur warga," ujarnya.
Sebelumnya HAKKA menggelar bakti sosial menyambut Imlek dengan cara bagi-bagi angpao dan sembako kepada warga miskin di Banda Aceh.
Aky berharap pada tahun kambing yang akan datang, Aceh dan Indonesia akan lebih baik lagi. "Diberikan banyak rezeki," pungkasnya.
Para pribumi, warga turunan Tionghoa dan dari etnis lain berbagi lapak, mengais rezeki tanpa berselisih. Sesekali mereka terlihat bercanda satu sama lain, penuh rasa persaudaraan, disela bertransaksi melayani pembeli.
Warga berbelanja terus lalu lalang di gang. Bukan saja ibu rumah tangga atau perempuan-perempuan yang mengenakan jilbab, pria bercelana selutut dan perempuan tanpa memakai jilbab juga berbaur rukun di sana.
"Kalau pagi lebih banyak lagi orang," kata Asun (50) seorang warga turunan Thionghoa yang berjualan Mie Tiaw di Gang Pasar Sayur Penayong saat berbincang dengan Okezone, Selasa 17 Februari 2015.
Diantara sayup-sayup alunan musik Tiongkok yang diputarnya, Asun menceritakan, sudah dua pekan gang tempatnya mencari rezeki itu berhias lampion. "Kan mau imlek ini," tutur perempuan itu.
Asun sudah sudah menyiapkan berbagai keperluan menyambut Imlek. Mulai besok ia akan libur berjualan sementara untuk merayakan tahun baru dan beribadah di Vihara yang ada di Peunayong.
Selanjutnya ia mengaku akan bertandang ke Medan, Sumateta Utara, merayakan Imlek bersama anak-anaknya yang ada di kota itu. "Ini (mie tiaw) sudah saya siapkan untuk bawa ke sana," sebutnya.
Imlek ikut membawa berkah bagi pedagang di gang itu, setidaknya dirasakan Nyonya Simbolan. Jelang Imlek ia ikut menjajakan aneka bunga seperti tekwan, aster, dan sedap malam, diantara sayur mayur.
Menurutnya bunga itu dijual antara Rp10 ribu hingga 20 ribu per tangkai dan laku keras. "Satu hari bisa habis satu bal. Ini bunga dipakai untuk mereka sembayang," ujarnya.
Warga turunan di Thionghoa di Banda Aceh jauh hari sudah menyiapkan berbagai kebutuhan perayaan Imlek. Mulai dari gotong royong di Vihara, hingga pemantapan atraksi barongsai dan liong.
Akhir pekan lalu, sekelompok penari barongsai dan liong menggelar aksi kolaborasi dengan tarian Aceh Ranup Lampuan dan Tari Kipas di halaman Sekolah Metodhis Banda Aceh. Aksi ini menyedot perhatian warga.
Ketua Yayasan HAKKA Aceh, Kho Khie Siong alias Aky mengatakan, prosesi perayaan Tahun Baru Imlek nantinya seluruhnya di pusatkan di Vihara. "Selain sembahyang nanti, kita akan ada atraksi barongsai untuk menghibur warga," ujarnya.
Sebelumnya HAKKA menggelar bakti sosial menyambut Imlek dengan cara bagi-bagi angpao dan sembako kepada warga miskin di Banda Aceh.
Aky berharap pada tahun kambing yang akan datang, Aceh dan Indonesia akan lebih baik lagi. "Diberikan banyak rezeki," pungkasnya.
0 komentar:
Post a Comment