Thursday, 24 April 2014

Siswa SD Polosiri Bawen "Sulap" Cacing Jadi Pupuk Bokasi

Kategori:


Salam Mojokerto- Cacing merupakan parasit yang bisa menyebabkan penyakit. Orangtua pasti melarang anaknya bermain tanah yang kotor karena khawatir terkena kotoran hewan ini.

Namun bagi belasan siswa SD Negeri Polosiri 01, Bawen, Kabupaten Semarang, cacing menjadi mainan yang sangat mengasyikkan. Mereka bahkan berhasil memproduksi pupuk bokasi dan pakan ikan lele dari bahan kotoran bekas cacing (kascing) tanah.

Ide awal pembuatan pupuk bokasi tersebut berasal dari Kelompok Tani Ternak (KTT) Bangun Rejo, Polosiri, yang dalam mendapatkan pendampingan dari Sarjana Masuk Desa (SMD), Eko Dodi.

Menurut Eko, latar belakang pembuatan kascing dikarenakan saat ini harga pupuk kimia bisa dibilang mahal dan dinilai tidak ramah lingkungan. Menyusul, keberadaan pupuk kimia bila diberikan dalam jangka panjang justru mengakibatkan unsur hara sulit terserap oleh tanaman.

"Kascing bisa mengembalikan struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk anorganik, kami masih mengembangkan secara bertahap dengan menggandeng siswa SD Negeri Polosiri 01," kata Eko ketika ditemui di Kandang Komunal Sapi milik KTT Bangun Rejo, Kamis (23/4/2014) siang.

Dari kajian diketahui, kascing mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Salah satunya mempunyai unsur PH rata-rata 6,8. Selain bisa menyuburkan tanaman, kascing yang diolah dengan tambahan media tertentu bisa dijadikan pakan ikan lele.

"Kascing produksi KTT Bangun Rejo bisa digunakan solusi untuk pupuk akar, pupuk daun, dan pakan ikan. Kami juga masih mengembangkan pakan cacing, dengan cara membuat jus kotoran sapi," paparnya.

Sementara itu, Kepala SD Negeri Polosiri 01, Muldoko mengatakan kegiatan produksi kascing oleh siswanya itu merupakan bagian dari pembelajaran luar kelas. Kegatan itu diakukan oleh para siswa kelas 3,4 dan 5 sejak Februari 2014 lalu.

"Kami mengagendakan produksi kascing ini 3 hari sekali secar bergantian untuk masing-masing kelas. Orangtua siswa justru mendukung anaknya untuk belajar membuat kascing. Awalnya sempat takut ketika melihat cacing apalagi mencium bau jus kotoran sapi," kata Muldoko.

Para siswa ini membuat kascing mulai dari mengolah kotoran sapi menjadi jus kotoran sapi. Dengan komposisi satu kotoran sapi berbanding satu takaran air akan menghasilkan jus kotoran sapi yang siap disiramkan pada wahana yang akan menjadi tempat berkembang biak cacing.

"Kalau cacinngnya tumbuh pesat, maka kotorannya banyak. kita bisa memproduksinya lebih cepat," kata Lutfiana (12) salah satu siswa kelas V SD Negeri Polosiri 01 yang mengaku senang bisa belajar membuat pupuk sekaligus pakan ikan kascing.

Aneka produk Kascing ini bisa didapatkan di SDN 1 Polosiri maupun di koperasi KTT Bangun Rejo. Satu sak kascing kemasan 25 kilogram dijual seharga Rp 1.500/kilogram, pupuk bokasi kemasan 25 kilogram dijual Rp 1.500/kilogram dan Kapsul cacing per botol isi 50 kapsul dijual Rp 40.000.

Kapsul cacing ini, menurut Eko, diyakini dapat mengobati gangguan kesehatan seperti Reumatik, stroke, hipertensi, maag, demam dan cacar, arterosklerosis serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thyp (tifus) dan E.coli (penyebab diare).

"Kalau masyarakat membeli berarti ikut memberdayakan para peternak, menyelamatkan lingkungan dan memberi pembelajaran kewirausahaan anak-anak SD dan menumbuhkan rasa cinta mereka kepada dunia pertanian yang sehat," ungkap Eko berpromosi. (Diana luki)

0 komentar:

Post a Comment