Jumlah pelanggan layanan berbayar ini diketahui tak lebih dari 5%.
Memanfaatkan momentum gelaran Piala Dunia 2014 di Brasil, VIVA+ turut berupaya meraih minat pengguna layanan tv berbayar.
Chief Marketing Officer VIVA+, Eka Anwar, Rabu 30 April 2014, mengatakan, ceruk pada pasar ini masih besar, mengingat penetrasi layanan ini masih kecil.
"Bisnis tv berbayar masih besar peluangnya. Saat ini, di RI, tercatat terdapat sekitar 40 juta rumah tangga, tapi yang berlangganan masih kecil," ujar Eka saat ditemui di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta.
Jumlah pelanggan layanan berbayar ini diketahui tak lebih dari 5 persen dari total rumah tangga itu.
Menurut dia, perkembangan tv berbayar nantinya bisa mengikuti pola perkembangan bisnis yang sudah terjadi pada operator telekomunikasi.
Eka menjelaskan, pada operator telekomunikasi, dengan jumlah pemain yang masih sedikit, penetrasi lambat. Tapi, begitu jumlah pemain sudah banyak, maka terjadi perang harga dan kini kondisi industri telekomunikasi sudah matang dan mengarah kepada konsolidasi.
"Tapi, tv berbayar kan masih awal, pengguna masih sedikit. Masih panjang," ujarnya.
Karena itu, dengan ceruk dan peluang yang masih besar, VIVA+ menggelar inovasi layanan guna menarik pelanggan. "Misalnya kami menerapkan bisnis model voucher untuk top-up dan juga fokus pada skema pre-paid," ujar dia.
Eka beralasan, skema itu memudahkan dan membuat nyaman pengguna. VIVA+ juga memastikan perangkat decoder atau set top box bisa dimiliki pengguna begitu resmi berlangganan, yang disebut sambung putus.
Menurut dia, perkembangan tv berbayar nantinya bisa mengikuti pola perkembangan bisnis yang sudah terjadi pada operator telekomunikasi.
Eka menjelaskan, pada operator telekomunikasi, dengan jumlah pemain yang masih sedikit, penetrasi lambat. Tapi, begitu jumlah pemain sudah banyak, maka terjadi perang harga dan kini kondisi industri telekomunikasi sudah matang dan mengarah kepada konsolidasi.
"Tapi, tv berbayar kan masih awal, pengguna masih sedikit. Masih panjang," ujarnya.
Karena itu, dengan ceruk dan peluang yang masih besar, VIVA+ menggelar inovasi layanan guna menarik pelanggan. "Misalnya kami menerapkan bisnis model voucher untuk top-up dan juga fokus pada skema pre-paid," ujar dia.
Eka beralasan, skema itu memudahkan dan membuat nyaman pengguna. VIVA+ juga memastikan perangkat decoder atau set top box bisa dimiliki pengguna begitu resmi berlangganan, yang disebut sambung putus.
0 komentar:
Post a Comment