Statusnya normal aktif.
"Memang selama tiga hari terakhir ini warga mendengar suara gemuruh. Tadi pagi sekitar pukul 07.00 WIB warga juga mendengar suara gemuruh," kata Heri Suprapto, Kepala Desa Kepoharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa 29 April 2014.
Ketika suara gemuruh terdengar, warga langsung keluar dari rumah dan melihat ke arah puncak gunung Merapi. Namun warga tidak dapat melihat apa yang terjadi di puncak Merapi karena tertutup kabut.
"Setiap kali terdengar suara menggelegar, warga langsung keluar rumah melihat ke puncak Merapi," ujarnya.
Menurut Suprapto meski terdengar suara gemuruh, warga tidak mengalami kepanikan yang berlebihan. Namun tetap waspada jika sewaktu-waktu Merapi meletus.
"Sekarang warga mulai terbiasa dengan suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi," katanya.
Lebih lanjut Suprapto mengatakan suara gemuruh tersebut terjadinya tidak menentu. Bisa siang namun juga malam hari bahkan ketika dini hari.
"Tidak pasti waktunya kapan Merapi mengeluarkan suara gemuruh," ungkapnya.
Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandrio mengatakan suara gemuruh tersebut bersumber dari diafrahma. Diafrahma merupakan jalur penghubung antara kantong magma atau dapur magma dengan kubah atau puncak Merapi. Sepanjang jalur diafrahma itu terdapat material gunung, seperti batu, kerikil, hingga pasir.
"Suara gemuruh itu dugaan kami merupakan proses turbolensi di dalam diafrahma Merapi yang berada di bawah kawah," katanya.
Proses turbolensi kata Subandrio merupakan pelepasan gas yang ada di celah-celah diafrahma. Proses pelepasan gas vulkanik pemicu timbulnya suara gemuruh Merapi di dalam perut merapi.
"Material bebatuan terbawa oleh gas, terjadi suara gemuruh di Merapi" ujarnya.
Material yang masih berada di dalam perut Merapi, jika sudah keluar dari kawah atau puncak disebut erupsi atau letusan. Namun, suara gemuruh itu belum menimbulkan letusan.
"Sejauh ini gemuruh belum menimbulkan letusan," katanya.
Menurut Subandrio BPPTKG mencatat beberapa aktifitas yang terjadi. Berdasarkan data, hari ini dari 00.00 hingga pukul 07.00 tercatat guguran 1 kali, low frekuensi 5, dan high frekuensi 0. Pada 28 April 2014 kemarin, tercatat ada guguran 1 kali, gempa tektonik 7 kali, dan low frekuensi 4 kali. Sementara untuk tanggal 27 April lalu, tercatat ada 7 kali guguran, tektonik 1 kali, dan multiphase 3 kali.
"Meski terdengar suara gemuruh, tetapi Gunung teraktif se-dunia itu belum menunjukan peningkatan aktifitas. Statusnya tetap normal, normal aktif," ungkapnya.
0 komentar:
Post a Comment