Proses penghitungan persentase di soal itu keliru.
(Facebook/Sonti)
Postingan foto di
Facebook itu cukup membuat heboh para penghuni jejaring sosial.
Pasalnya, menurut si pemosting, cara menghitung persentase kenaikan
harga yang benar adalah selisih harga dibagi dengan harga lama,
dikalikan 100 persen. Namun dalam buku pelajaran tersebut, persentase
malah didapat dari selisih harga dibagi harga akhir, lalu dikali 100
persen.
Buku tersebut mencontohkan harga awal Rp18.000 dan harga naik menjadi Rp20.000. "Coba bantu Beni menghitung persentase kenaikan harga telur tersebut" tulis buku tersebut.
Dalam penjelasan di buku itu ditulis:
Buku tersebut mencontohkan harga awal Rp18.000 dan harga naik menjadi Rp20.000. "Coba bantu Beni menghitung persentase kenaikan harga telur tersebut" tulis buku tersebut.
Dalam penjelasan di buku itu ditulis:
Menentukan selisih kenaikan harga = harga akhir - harga awal, yakni 20.000- 18.000 sama dengan 2.000.
Persentase kenaikan
didapat dari selisih harga dibagi harga akhir dikali 100 persen.
Artinya, 2.000 dibagi 20.000 dikali 100 persen. Hasilnya 1 dibagi 10
dikali 100 persen menjadi 10 persen.
"Jadi persentase kenaikan harga telur adalah 10 persen," tulis buku itu.
Namun kenyataannya, proses tersebut keliru. Profesor Thomas Djamaludin pun ikut memberi penjelasan.
"Persentase kenaikan sama dengan nilai kenaikan dibagi harga awal dikali 100 persen, bukan dibagi harga akhir. karena yang menjadi rujukan adalah harga awal," jelas profesor yang juga ahli astronomi itu.
Menurut Thomas, persentase selisih harusnya selisih harga dibagi harga awal dikali 100 persen. Artinya, 2.000 dibagi 18.000 dikali 100 persen. Hasilnya 11,11 persen.
Menanggapi kesalahan dalam contoh soal matematika itu, Thomas menganggap hal ini bisa menjadi upaya untuk menguji kecermatan, baik guru dan murid.
"Guru dan murid yang cermat mestinya mudah mengenali kesalahan itu," kata Thomas yang juga menjabat sebagai Kepala Lapan RI itu.(ita)
"Jadi persentase kenaikan harga telur adalah 10 persen," tulis buku itu.
Namun kenyataannya, proses tersebut keliru. Profesor Thomas Djamaludin pun ikut memberi penjelasan.
"Persentase kenaikan sama dengan nilai kenaikan dibagi harga awal dikali 100 persen, bukan dibagi harga akhir. karena yang menjadi rujukan adalah harga awal," jelas profesor yang juga ahli astronomi itu.
Menurut Thomas, persentase selisih harusnya selisih harga dibagi harga awal dikali 100 persen. Artinya, 2.000 dibagi 18.000 dikali 100 persen. Hasilnya 11,11 persen.
Menanggapi kesalahan dalam contoh soal matematika itu, Thomas menganggap hal ini bisa menjadi upaya untuk menguji kecermatan, baik guru dan murid.
"Guru dan murid yang cermat mestinya mudah mengenali kesalahan itu," kata Thomas yang juga menjabat sebagai Kepala Lapan RI itu.(ita)
0 komentar:
Post a Comment