Wednesday, 30 April 2014

Jumlah Penganggur Muda Naik

Kategori:


SHUTTERSTOCK Ilustrasi


JAKARTA, Salam Mojokerto - Perekonomian kawasan Asia Pasifik bergerak pulih dan kembali menunjukkan pertumbuhan positif. Upaya penciptaan lapangan kerja terus menghadapi tantangan yang tidak mudah karena jumlah penganggur muda meningkat sampai tiga kali.

Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Internasional (ITUC) Asia Pasifik Noriyuki Suzuki mengatakan hal ini dalam seminar Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) bertajuk ”Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Ketenagakerjaan” di Jakarta, Senin (3/3/2014).

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ruslan Irianto Simbolon mewakili Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar membuka seminar yang diselenggarakan KSBSI dan Serikat Buruh Belgia (ACV-CSC).

”Jumlah penganggur berusia muda terus naik 2-3 kali lipat saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang bagus belum menyentuh mereka sehingga hampir di semua negara jumlah penganggur berusia muda meningkat,” kata Noriyuki.

Seminar diikuti elite serikat buruh nasional dan dari 13 negara di antaranya Belgia, Brasil, Kolombia, Haiti, Jepang, dan Singapura. Mereka akan membahas sejumlah aspek mengenai dampak perubahan iklim terhadap kehidupan buruh dan menghasilkan resolusi untuk mendorong pemerintah dan dunia usaha melibatkan serikat buruh dalam ekonomi hijau.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) melaporkan, jumlah penganggur berusia 15-24 tahun pada tahun 2012 mencapai 75 juta orang, naik dari 74,9 juta orang tahun 2011. Adapun di Indonesia sesuai data BPS Agustus 2013, jumlah penganggur berusia 19-29 tahun mencapai 4,9 juta orang dari total 7,4 juta penganggur.

”Pendapatan dan daya beli naik tetapi ketimpangan juga semakin serius akibat mekanisme distribusi yang lemah. Kebijakan pasar kerja fleksibel menjadi tantangan gerakan buruh,” kata Noriyuki.

Dalam sambutan tertulis, Muhaimin mengatakan, berkembangnya tren lapangan kerja hijau (green jobs) diharapkan bisa menjadi motor baru penyerap tenaga kerja. Hal ini menjadi peluang yang harus digarap agar pencari kerja bisa mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian.

Presiden KSBSI Mudhofir mengatakan, gerakan buruh tidak bisa semata mengurusi isu internal. Gerakan buruh harus menjalin kerja sama aktif tingkat global untuk menghadapi masalah tematis akibat tekanan globalisasi.

Mudhofir mengatakan, konsep kerja sama dalam peta jalan antisipasi perubahan iklim pemerintah masih belum melibatkan gerakan buruh. Menurut Mudhofir, buruh harus menjadi bagian penting dalam upaya mencegah perubahan iklim karena termasuk pihak yang paling pertama terdampak.

Perwakilan ACV-CSC dari Belgia, Ann Vermorgen, mengatakan, mereka aktif berkolaborasi dalam jaringan internasional dengan serikat buruh. Mereka mendorong penerapan norma dan standar kerja yang baik. (ham)

0 komentar:

Post a Comment