Wednesday, 30 April 2014

Dikatai "Gemuk", Anak Berpotensi Obesitas Saat Dewasa

Kategori:


Shutterstock
Salam mojokerto - Panggilan "gemuk" atau "gendut" seringkali digunakan untuk seseorang yang kelebihan berat badan. Namun alih-alih menjadi motivasi agar mereka berusaha lebih keras menurunkan berat badannya, panggilan tersebut justru berdampak sebaliknya.

Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan, anak gadis yang dipanggil "gemuk" cenderung menjadi obesitas saat mereka di usia dewasa muda.
Sebelumnya penelitian lainnya juga telah menunjukkan label negatif pada seseorang akan memperburuk gaya hidup, bukan sebaliknya. Penelitian terbaru ini menguatkan bukti studi tersebut.
"Namun bukan berarti memanggil anak gadis dengan panggilan 'gemuk' pasti membuatnya obesitas di kemudian hari," ujar penulis studi senior A Janet Tomiyama dari University of California.
Studi yang dipublikasi dalam JAMA Pediatrics tersebut, kata Tomiyama, melibatkan gadis-gadis yang saat awal periode studi berusia 10 tahun lalu diikuti hingga sembilan tahun. Dalam periode studi tersebut, para peneliti menanyakan jika mereka pernah dipanggil "gemuk" atau dikatakan terlalu gemuk oleh ayah, ibu, saudara kandung, sahabat, teman, atau guru.
Dari sekitar 2.000 anak, 1.188 menjawab "ya". Mereka yang menjawab "ya" cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT), pengukuran lemak tubuh berdasarkan perbandingan tinggi dan berat badan, yang masuk kategori obesitas dibandingkan mereka yang menjawab "tidak".
Rebecca Puhl, deputi direktur dari Rudd Center for Food Policy & Obesity di Yale University, mengatakan, telah banyak bukti yang menunjukkan remaja yang merasakan stigma atau malu karena berat badannya sangat rentan mengalami gangguan psikologis dan fisik.
"Studi ini menunjukkan, pelabelan negatif tentang berat badan berpotensi memberikan dampak negatif pula bagi anak perempuan," ujar Puhl yang tidak terlibat dalam studi.
Tomiyama mengatakan, dampak tersebut paling kuat bila datang dari anggota keluarga karena peningkatan risiko menjadi obesitas mencapai 60 persen. Sementara jika panggilan tersebut datang dari teman-teman dan guru, risikonya lebih rendah yaitu 40 persen.
"Namun tidak patut untuk menyimpulkan keluarga lebih berpengaruh karena ini hanya studi eksplorasi," ujarnya.

0 komentar:

Post a Comment