Google dianggap 'memaksa' pengguna untuk menggunakan layanan Google+
(http://mshcdn.com)
Masa depan Google+ juga menjadi pertanyaan usai ditinggalkan kepala eksekutifnya, Vic Gundrota. Ia meninggalkan Google dengan menyisakan pekerjaan besar bagi Google+, yakni dibayang-bayangi popularitas Facebook.
Forbes, Senin 28 April 2014, melansir beberapa langkah pengembangan Google+ dianggap salah. Google+ dinilai menggunakan 'pemaksaan' untuk mendapatkan pengguna. Skemanya yakni setiap pengguna layanan Google diminta mendaftar pada layanan sosial itu untuk masuk pada layanan yang lain.
Cara itu dianggap berkontribusi dalam kegagalan Google+ menjadi jejaring sosial yang populer menyaingi Facebook maupun Twitter. Deretan kesalahan yang dilakukan Google dalam mengembangkan Google+ antara lain:
1. 'Memaksa' pengguna
Upaya Google mendorong Google+ pada penggunanya menuai tuntutan hukum Antitrust atau hukum yang melindungi konsumen persaingan perdagangan.
Google dianggap 'memaksa' pengguna atau konsumen untuk menerima produk yang tak diinginkan. Google beralasan pengguna harus menerima produk itu agar bisa mendapatkan akses terintegrasi layanan mereka.
Modus tak adil Google itu sebenarnya sudah diketahui oleh badan pengawas perlindungan konsumen, Federal Trade Commission. Sayangnya, belum ada tindakan apapun atas akal-akalan Google itu.
2. Optimalkan Gmail
Argumen akun Google+ akan membuat pengguna layanan dan produk Google makin bernilai justru tak optimal. Layanan ini diplot akan menguntungkan para pengiklan karena profil pengguna bisa dilacak berbasis halaman Google+.
Namun mengapa pengiklan tidak mengoptimalkan Gmail yang nyatanya sudah memiliki 500 juta pengguna yang didapatkan secara organik tanpa adanya paksaan.
3. Mencontoh Facebook
Google disarankan untuk meneladani Facebook dalam membangun dan mengelola pelanggannya. Pendekatan yang dilakukan situs besutan Mark Zuckerberg itu yakni mengembangkan sekelompok produk independen namun tanpa memaksakan layanan kepada penggunanya.
Seperti diketahui, Facebook menambah deretan produk independennya. Facebook kini memiliki Instagram, WhatsApp, Paper, sampai Messenger. Lewat pendekatan ini, Facebook menghasilkan produk terbaik dengan cara mereka.
0 komentar:
Post a Comment